Kamis, 11 Oktober 2012

ESTER

A.    Pengertian Ester
Senyawa yang termasuk alikil alkanoat atau ester (RCO2R’) dapat dianggap sebagai turunan dari asam karboksilat. Sebuah asam karboksilat mengandung gugus -COOH, dan pada sebuah ester hidrogen pada gugus ini digantikan dengan sebuah gugus hidrokarbon dari berbagai jenis. Gugus ini bisa berupa gugus alkil seperti metil atau etil, atau gugus yang mengandung sebuah cincin benzen seperti fenil.

B.    Tata Nama Ester
Sesuai denga namanya, menurut IUPAC cara memberi nama senyawa ini adalah dimulai dengan menyebutkan gugus alikilnya (R’) diikuti dengan gugus karboksilatnya (RCOO).

Contoh ester umum – etil etanoat
Ester yang paling umum dibahas adalah etil etanoat. Pada ester ini, gugus -COOH telah digantikan dengan sebuah gugus etil. Rumus struktur untuk etil etanoat adalah sebagai berikut:





Perhatikan bahwa ester diberi nama berlawanan dengan urutan penulisan rumus strukturnya. Kata "etanoat" berasal dari asam etanoat, sedangkan "etil" berasal dari gugus etil pada ujungnya.

Contoh ester yang lain

Pada masing-masing contoh berikut, pastikan bahwa kita bisa memahami bagaimana hubungan antara nama dan rumus molekulnya.

C.    Sifat dan Kegunaan Ester
Senyawa ester dengan massa molekul rendah umumnya tidak berwarna, berwujud cair pada suhu kamar, mudah menguap, tidak larut dalam air, dan memiliki bau yang sedap. Karena baunya yang sedap ester sering digunakan sebagai essens buatan yang beraroma buah-buahan, contoh etil etanoat (essens pisang) dan etil butanoat (essens strawberry). Ester juga sering digunakan pada industri parfum,sabun dan industri minuman.

D.    Pembuatan ester
•    Pembuatan ester menggunakan asam karboksilat
Metode ini bisa digunakan untuk mengubah alkohol menjadi ester, tetapi metode ini tidak berlaku bagi fenol – senyawa dimana gugus -OH terikat langsung pada sebuah cincin benzen. Fenol bereaksi dengan asam karboksilat dengan sangat lambat sehingga reaksi tidak bisa digunakan untuk tujuan pembuatan.

   1. Sifat kimiawi reaksi
Ester dihasilkan apabila asam karboksilat dipanaskan bersama alkohol dengan bantuan katalis asam. Katalis ini biasanya asam sulfat pekat. Gas hidrogen klorida kering terkadang digunakan, tetapi penggunaannya cenderung melibatkan ester-ester aromatik (ester dimana asam karboksilat mengandung sebuah cincin benzen).

Reaksi pengesteran (esterifikasi) berjalan lambat dan dapat balik (reversibel). Persamaan untuk reaksi antara asam RCOOH dengan alkohol R’OH (dimana R dan R’ bisa sama atau berbda) adalah sebagai berikut:

Jadi, misalnya, jika anda membuat etil etanoat dari asam etanoat dan etanol, maka persamaan reaksinya akan menjadi:
  
   2. Melangsungkan reaksi

      Dalam skala tabung uji
Asam karboksilat dan alkohol sering dipanaskan bersama disertai dengan beberapa tetes asam sulfat pekat untuk mengamati bau ester yang terbentuk.
Untuk melangsungkan reaksi dalam skala tabung uji, semua zat (asam karboksilat, alkohol dan asam sulfat pekat) yang dalam jumlah kecil dipanaskan di sebuah tabung uji yang berada di atas sebuah penangas air panas selama beberapa menit.
Karena reaksi berlangsung lambat dan dapat balik (reversibel), ester yang terbentuk tidak banyak. Bau khas ester seringkali tertutupi atau terganggu oleh bau asam karboksilat. Sebuah cara sederhana untuk mendeteksi bau ester adalah dengan menaburkan campuran reaksi ke dalam sejumlah air di sebuah gelas kimia kecil.
Terkecuali ester-ester yang sangat kecil, semua ester cukup tidak larut dalam air dan cenderung membentuk sebuah lapisan tipis pada permukaan. Asam dan alkohol yang berlebih akan larut dan terpisah di bawah lapisan ester.
Ester-ester kecil seperti pelarut-pelarut organik sederhana memiliki bau yang mirip dengan pelarut-pelarut organik (etil etanoat merupakan sebuah pelarut yang umum misalnya pada lem).
Semakin besar ester, maka aromanya cenderung lebih ke arah perasa buah buatan – misalnya “buah pir”.

    Dalam skala yang lebih besar
Jika anda ingin membuat sampel sebuah ester yang cukup besar, maka metode yang digunakan tergantung pada (sampai tingkatan tertentu) besarnya ester. Ester-ester kecil terbentuk lebih cepat dibanding ester yang lebih besar.
Untuk membuat sebuah ester kecil seperti etil etanoat, anda bisa memanaskan secara perlahan sebuah campuran antara asam metanoat dan etanol dengan bantuan katalis asam sulfat pekat, dan memisahkan ester melalui distilasi sesaat setelah terbentuk.
Ini dapat mencegah terjadinya reaksi balik. Pemisahan dengan distilasi ini dapat dilakukan dengan baik karena ester memiliki titik didih yang paling rendah diantara semua zat yang ada. Ester merupakan satu-satunya zat dalam campuran yang tidak membentuk ikatan hidrogen, sehingga memiliki gaya antar-molekul yang paling lemah.
Ester-ester yang lebih besar cenderung terbentuk lebih lambat. Dalam hal ini, mungkin diperlukan untuk memanaskan campuran reaksi di bawah refluks selama beberapa waktu untuk menghasilkan sebuah campuran kesetimbangan. Ester bisa dipisahkan dari asam karboksilat, alkohol, air dan asam sulfat dalam campuran dengan metode distilasi fraksional.


Permasalahan;
 Jika ingin membuat sampel sebuah ester yang cukup besar, maka metode yang digunakan tergantung pada (sampai tingkatan tertentu) besarnya ester. Ester-ester kecil terbentuk lebih cepat dibanding ester yang lebih besar. Mengapa bisa demikian?
 

8 komentar:

  1. menurut saya hal itu dikarenakan jumlah ikatan antara rantai hidrokarbonnya..
    semakin banyak rantai hidrokarbon yang dibutuhkan, maka semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk membuatnya..
    sama halnya seperti yang ditanyakan di atas..
    lalu yang ingin yang saya tanyakan adalah kenapa ester tidak membentuk ikatan hidrogen? Tolong jelaskan..
    yang menjawab boleh penulis atau pembaca..
    Terima kasih.

    BalasHapus
  2. sebelumnya, untuk membuat ikatan hidrpgen harus dengan proses reaksi hidrolisis. untuk membuat ikatan hidrogen sebenarnya bisa akan tetapi, ikatan atom O dan H pada senyawa asam karboksilat lebih kuat ikatannya... wallahu a'alam

    BalasHapus
  3. Menurut saya, untuk membuat sebuah ester kecil seperti etil etanoat, anda bisa memanaskan secara perlahan sebuah campuran antara asam metanoat dan etanol dengan bantuan katalis asam sulfat pekat, dan memisahkan ester melalui distilasi sesaat setelah terbentuk.Pemisahan dengan distilasi ini dapat dilakukan dengan baik karena ester memiliki titik didih yang paling rendah diantara semua zat yang ada, jika di bandingkan dengan Ester-ester yang lebih banyak jumlah atom C cenderung terbentuk lebih lambat.

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena reaksi berlangsung lambat dan dapat balik (reversibel), ester yang terbentuk tidak banyak.cara distilasi yang dapat dilakukan dengan baik karena ester memiliki titik didih yang paling rendah diantara semua zat yang ada.

      Hapus
  5. Ester-ester yang lebih besar cenderung terbentuk lebih lambat. Dalam hal ini, mungkin diperlukan untuk memanaskan campuran reaksi di bawah refluks selama beberapa waktu untuk menghasilkan sebuah campuran kesetimbangan, sehingga memperlambat terbentuknya ester tersebut.

    BalasHapus
  6. Menurut pendapat saya, Ester-ester kecil terbentuk lebih cepat dibanding ester yang lebih besar. Ini terjadi karena adanya Pemisahan dengan distilasi yang dapat dilakukan dengan baik karena ester memiliki titik didih yang paling rendah diantara semua zat yang ada. Untuk mencoba membuktikannya dengan memanaskan secara perlahan sebuah campuran antara asam metanoat dan etanol dengan bantuan katalis asam sulfat pekat, dan memisahkan ester melalui distilasi sesaat setelah terbentuk.
    maaf jika ada kekurangan, Semoga bermanfaat :)..

    BalasHapus
  7. Berdasarkan sumber yang saya dapatkan, ester-ester kecil terbentuk lebih lambat dibanding ester yang lebih besar dapat dikarenakan perbedaan senyawa asam yang digunakan dalam pembentukkan ester tersebut, selain itu suhu juga cukup mempengaruhi. ester yang berasal dari asam tertentu membutuhkan suhu yang lebih tinggi sehinga apabila di reaksikan pada suhu kamar reaksi pembentukan ester tersebut akan berlangsung lebih lama. berikut conto perbedaan senyawa asam pembentuk ester..

    Pembuatan ester dari alkohol dan asil klorida (klorida asam)
    Jika kita menambahkan sebuah asil klorida kedalam sebuah alkohol, maka reaksi yang terjadi cukup progresif (bahkan berlangsung hebat) pada suhu kamar menghasilkan sebuah ester dan awan-awan dari asap hidrogen klorida yang asam dan beruap.
    Sebagai contoh, jika kita menambahkan etanol krlorida kedalam etanol, maka akan terbentuk banyak hidrogen klorida bersama dengan ester cair etil etanoat.


    Pembuatan ester dari alkohol dan anhidrida asam
    Reaksi-reaksi dengan anhidrida asam berlangsung lebih lambat dibanding reaksi-reaksi yang serupa dengan asil klorida, dan biasanya campuran reaksi yang terbentuk perlu dipanaskan.
    Mari kita ambil contoh etanol yang bereaksi dengan anhidrida etanoat sebagai sebuah reaksi sederhana yang melibatkan sebuah alkohol:
    Reaksi berlangsung lambat pada suhu kamar (atau lebih cepat pada pemanasan). Tidak ada perubahan yang bisa diamati pada cairan yang tidak berwarna, tetapi sebuah campuran etil etanoat dan asam etanoat terbentuk

    Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3. Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan tak berwarna, memiliki aroma khas. Senyawa ini sering disingkat EtOAc, dengan Et mewakili gugus etil dan OAc mewakili asetat. Etil asetat diproduksi dalam skala besar sebagai pelarut.
    Etil asetat disintesis melalui reaksi esterifikasi Fischer dari asam asetat dan etanol dan hasilnya beraroma jeruk (perisa sintesis), biasanya dalam sintesis disertai katalis asam seperti asam sulfat

    BalasHapus